Festival Bunaken 2025 Dinilai Sekadar Seremonial, Refindo Tawaris Soroti Minimnya Dampak untuk Masyarakat Pulau

Manado – kibarindonesia.com – Ferstival Bunaken 2025 yang digelar hari ini rabu 22 oktober disoroti konsultan pariwisata, Refindo Tawaris alias Indo Nyoa. Refindo menilai ini hanyalah ajang ceremonial semata, bagaimana tidak event yang menjadi kalender pemerintah provinsi Sulawesi Utara ini tidak pernah memberikan dampak signifikan bagi masyarakat khususnya Bunaken Kepulauan dan pulau pulau lain di sekitarnya.

Festival Bunaken terkesan hanya dimiliki kelompok tertentu saja, ini fakta dari tahun ke tahun. Belum pernah saya lihat pemeran utama kegiatan ini dipegang oleh putra putri asli pulau Bunaken, sudah paling beruntung sebagai pemeran pembantu dan uang BBM bagi para nelayan tradisional, yang tentunya hanya sekali dalam setahun, tegas Tawaris.

Setelah era Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang yang menjadi pelopor Sail Bunaken dan CTI Summit, belum ada lagi event berdampak ekonomi kerakyatan khusus bagi masyarakat di kepulauan sana. Saya sendiri heran dengan keadaan ini, apalagi Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara saat ini yang tidak lain adalah Ibu Wakil Gubernur Sulut selama sepuluh tahun juga pernah menyandang selempang Noni Sulut dan berlatar belakang dokter.

Refindo berharap dengan portofolio yang dimiliki dr. Devi Tanos bisa menjawab tantangan dunia pariwisata Sulawesi Utara, namun ternyata kenyataan berkata lain. Saya sudah dua kali mengkritik Pemda Sulut untuk program kerja pariwisata mereka, khususnya Dispar. Mulai dari tidak dilaksanakan kegiatan peringatan World Tourism Day dan penerbangan rute internasional yang dianggap hanya sebagai tradisi gunting pita tanpa tata kelola.

Pemerintahan Gubernur Yulius Selvanus dan Wakil Gubernur Victor Mailangkay di mata saya dalam memasuki 300 hari kerja khususnya program pariwisata hanya biasa biasa saja, malah ada beberapa kemunduran. Pariwisata sebagai sektor unggulan pemerintah Sulawesi Utara bagi saya itu sekedar ‘Lips Service’ dan saya sangat sedih serta pesimis akan majunya pariwisata di Sulawesi Utara, tutup Indo Nyoa. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *