Izin PT Surya Pacific Indonesia Dibekukan, 6 Kapal Dilarang Berlayar, PAMI-P Desak Polda Sulut Usut Tuntas Kebakaran KM Barcelona VA

Manado – kibarindonesia.com – Imbas kebakaran tragis KM Barcelona VA, Kementerian Perhubungan melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Manado resmi membekukan Document of Compliance (DOC) milik PT Surya Pacific Indonesia (SPI). Akibatnya, enam kapal yang beroperasi di bawah bendera perusahaan tersebut dilarang berlayar hingga batas waktu yang belum ditentukan.

Kepala KSOP Kelas III Manado, Amrul Adriansyah, mengungkapkan bahwa keputusan pembekuan diambil setelah inspeksi menyeluruh dilakukan oleh Kementerian. Rabu 30/07/2025

“Pencabutan DOC ini berarti semua kapal di bawah PT Surya Pacific Indonesia saat ini tidak memenuhi persyaratan keselamatan pelayaran,” tegas Amrul.

Meski demikian, Amrul menyebutkan bahwa masih terbuka ruang untuk peninjauan kembali, dengan catatan pihak perusahaan melakukan perbaikan menyeluruh terhadap kelayakan kapal.

Dalam kondisi darurat ini, KSOP bersama Dinas Perhubungan dan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud kini tengah berkoordinasi untuk mencari kapal pengganti demi menjamin kelancaran mobilitas masyarakat.

Kebakaran KM Barcelona VA tak hanya meninggalkan trauma bagi ratusan penumpang, tapi juga membuka luka lama dalam sistem pelayaran nasional. Data menunjukkan, korban selamat mencapai 673 orang. Ironisnya, lebih dari setengah penumpang tidak tercatat dalam manifest resmi. Bahkan jumlah penumpang nyaris tiga kali lipat dari kapasitas seharusnya.

Menanggapi kejadian tersebut, Jonathan Mogonta, Ketua Pelopor Angkatan Muda Indonesia Perjuangan (PAMI-P), mendesak agar Polda Sulawesi Utara turun tangan dan mengusut tuntas insiden ini. Menurutnya, terlalu banyak kejanggalan serius yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Mengapa saat kapal terbakar, para Anak Buah Kapal (ABK) justru panik dan melompat ke laut lebih dulu daripada menyelamatkan penumpang? Ini indikasi kuat bahwa tidak pernah ada pelatihan evakuasi sebelumnya,” ujar Mogonta.

Ia juga mempertanyakan kondisi rakit penyelamat yang diduga hanya menjadi “pajangan” tanpa perlengkapan layak. Selain itu, ia menyoroti kelalaian dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena ada penumpang termasuk anak-anak dan perempuan yang tidak mendapatkan life jacket saat kejadian.

Mogonta juga menyoroti praktik pengangkutan yang dinilainya semrawut dan tidak profesional. Menurutnya, selama ini tidak pernah ada proses penimbangan barang dan penumpang secara memadai, sehingga kelebihan kapasitas nyaris menjadi hal lazim yang berulang.

“Tanpa pengawasan ketat, kapal-kapal seperti ini hanya menunggu waktu untuk celaka. Kita bicara tentang nyawa manusia, bukan sekadar angka,” tegasnya.

Hal lain yang tak kalah mengundang kritik adalah sikap pihak manajemen PT Surya Pacific Indonesia, yang hingga saat ini tidak menunjukkan kepedulian nyata terhadap para korban. Mogonta menyebut, hingga kini, Direktur PT SPI tak pernah terlihat di lokasi maupun dalam forum tanggap darurat.

“Masyarakat menunggu empati dari perusahaan, namun yang terlihat hanya ketidakpedulian. Bantuan datang dari pemerintah daerah dan Jasa Raharja, tetapi tidak ada satu pun gestur kemanusiaan dari pemilik kapal,” ujarnya.

Sebagai penutup, Mogonta menekankan bahwa insiden KM Barcelona VA harus menjadi titik balik perbaikan sistem pelayaran, bukan sekadar catatan kelam.

“Saya berharap ini yang terakhir. Jangan sampai tragedi ini terulang hanya karena kelalaian yang bisa dicegah,” tutupnya.
(Redaksi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *