Minahasa Tenggara — kibarindonesia.com – Wilayah Ratatotok, Kabupaten Minahasa Tenggara, kini berada di ambang krisis air bersih dan bencana ekologis besar. Kawasan yang oleh warga dikenal sebagai “perut bumi” Ratatotok Kebun Raya Gunung Botak kian rusak parah akibat aktivitas pertambangan ilegal yang tak terkendali. Sabtu 01/11/2025
Padahal, kawasan ini semestinya menjadi zona lindung dan sumber kehidupan bagi ribuan warga. Namun kenyataannya, “kebun raya” yang dahulu hijau kini berubah menjadi lautan lubang tambang dan kolam sianida.
Menurut informasi dari narasumber terpercaya yang meminta identitasnya dirahasiakan, salah satu lokasi terbesar yang menjadi sorotan berada di area Kebun Raya Gunung Botak, milik seorang pengusaha bernama Ko Andrey. Aktivitas di lokasi diduga melibatkan 4 alat berat jenis excavator dengan metode rendaman berskala besar yang menggunakan bahan kimia berbahaya seperti sianida.
“Yang di Gunung Botak itu paling besar. Pekerjaan pakai alat berat excavator dan diduga pekerjaannya siang-malam, pakai sianida lagi. Padahal itu kawasan lindung,” ujar sumber tersebut.
Kondisi ini bukan hanya merusak hutan dan sumber air, tetapi juga mengancam keselamatan warga sekitar. Saat musim hujan seperti sekarang, kawasan tambang ilegal itu ibarat bom waktu yang siap “meledak” kapan saja longsor, banjir lumpur, dan pencemaran air bersih tinggal menunggu waktu.
Masyarakat dan sejumlah pemerhati lingkungan telah berulang kali mendesak pemerintah provinsi, Pemkab Minahasa Tenggara, aparat penegak hukum, hingga TNI–Polri untuk bertindak tegas. Namun hingga kini, ratusan alat berat disebut kembali beroperasi setelah sebelumnya sempat dihentikan.
“Ko Andrey hanya satu dari puluhan boss penambang ilegal di sana. Pertanyaannya, apakah dinas terkait dan aparat penegak hukum berani bertindak tegas?” tegas seorang tokoh masyarakat Ratatotok.
Kawasan yang seharusnya menjadi paru-paru Ratatotok kini berubah menjadi ladang uang haram bagi para penambang ilegal. Jika pembiaran ini terus terjadi, Ratatotok bukan hanya kehilangan hutannya tapi juga masa depannya. (*)





