Manado – kibarindonesia.com – Besok, ujian integritas perkataan akan menjadi saksi. Inisial BS, pernah memberikan sebuah janji yang terucap kepada RT dihadapan jemaat di salah satu Gereja di puncak seputaran kampus dengan menyebut “pak Pendeta ini calon Dekan kita”. Akan menghadapi puncak dari ujian ini.
Tetapi, pertanyaannya muncul: Apakah janji yang diberikan oleh BS masih berlaku? Ataukah banyak jamin perasaan manusia, daripada perasaan Tuhan?
Dalam Kitab Galatia 1:10 mengingatkan kita bahwa jaminan perasaan manusia bukanlah hamba Allah.
Sebagai individu yang beriman, penting bagi ‘BS’ untuk memegang teguh janjinya di hadapan Tuhan dan jemaat di salah satu Gereja di puncak seputaran kampus.
Janji yang diberikan di rumah Tuhan adalah serius, karena mereka mencerminkan integritas dan tanggung jawab seorang yang beriman.
Menepati janji adalah bagian dari budi pekerti yang diharapkan dari setiap orang yang beragama.
Jika janji-janji ini tidak ditepati, konsekuensinya dapat berdampak besar tidak hanya pada individu yang bersangkutan secara keseluruhan.
Hal ini dapat mengakibatkan keraguan, ketidakpercayaan, dan kekecewaan di antara jemaat di salah satu Gereja di puncak seputaran kampus.
Oleh karena itu, dalam menghadapi ujian integritas ini, adalah penting bagi BS untuk merenungkan kembali komitmen dan tanggung jawabnya.
Kesetiaan terhadap janji yang telah diberikan, baik kepada manusia maupun kepada Tuhan, adalah langkah pertama menuju pemulihan integritas dan kepercayaan.
Semoga dalam menghadapi ujian ini, BS dapat bertindak sesuai dengan nilai-nilai iman yang memberikan teladan yang baik dan bisa menepati janjinya yang pernah di katakan dihadapan jemaat di salah satu Gereja di puncak seputaran kampus.
04/04/2024
( *** Tim )